Terkadang,
kita menggunakan benda-benda sehari-hari dengan enjoy saja tanpa tidak
tahu/mau tahu tentang seluk beluk benda tersebut seperti penemunya, cara
kerja mekaniknya dan teknologi yang digunakan.
Akan tetapi berkat kerja
keras para ilmuwan dari NASA atau National Aeronautics and Space
Administration yang meneliti dan melakukan segala daya upaya untuk
mengembangkan peralatan angkasa luar, maka jadilah teknologi tersebut
teraplikasi pada benda-benda yang mungkin kamu gunakan tiap harinya.
Berikut ini saya menginformasikan 7 penemuan teknologi dari NASA yang
kebanyakan kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari dikutip oleh jelajahunik.us.
1. Penemuan kesepuluh: Kawat Gigi Yang Tak Terlihat.
Banyak dari remaja yang memakai kawat gigi dewasa ini. Menyebabkan mulut
terlihat penuh dengan kawat. Tapi tidak akan lagi di masa depan, karena
kawat gigi tak terlihat telah memasuki pasar pada tahun 1987, dan
sekarang telah banyak jenisnya dan merknya juga.
Kawat gigi tak terlihat dibuat dari bahan bernama translucent
polycrystalline alumina (TPA). Perusahaan bernama Ceradyne mengembangkan
TPA bekerjasama dengan riset lanjutan NASA dalam bidang keramik untuk
melindungi antena inframerah pada radar misil.
Beberapa waktu kemudian, perusahaan lain bernama Unitek mengembangkan
desain baru untuk kawat gigi. Desain itu lebih estetis dan nyaman serta
tikak mengkilap. Kawat gigi jenis ini ditemukan bahwa TPA dapat menjadi
bahan yang tepat karena cukup kuat untuk menahan gigi dan tidak
mengkilap, menjadikan TPA digunakan untuk memproduksi kawat gigi tak
terlihat. Karena kepopulerannya yang instan, kawat gigi tak terlihat
menjadi produk yang paling sukses dalam bidang industri orthodontik.
2. Penemuan kedua: Peralatan-Peralatan Tanpa Kabel.
Ketika kamu membersihkan debu dan kotoran di lantai rumah menggunakan
penyedot debu tanpa kabel, kau sedang menggunakan teknologi yang sama
dengan yang digunakan astronot di bulan. Meskipun Black & Decker
telah menemukan pertama kalinya alat-alat bertenaga batterai pada tahun
1961, penemuan yang mirip dari NASA menyempurnakan teknologi dari Black
& Decker seperti instrumen medis nirkabel atau penyedot debu bentuk
genggam dan lain-lain.
Pada pertengahan 1960an, dalam persiapan misi Apollo ke bulan, NASA
memerlukan alat untuk mengambil sampel dari batuan dan tanah di bulan.
Bor menjadi kecil dan ringan, kompak dan cukup bertenaga untuk menggali
lebih dalam permukaan bulan. Karena mencari colokan listrik di bulan
sangatlah tidak mungkin, NASA dan Black & Decker menemukan dan
mengembangkan alat-alat bertenaga batterai, bor magnet. Digunakan dalam
konteks lingkungan luar angkasa, Black & Deckermengembangkan sebuah
program komputer untuk peralatan yang mengurangi konsumsi daya dan
memaksimalkan penggunaan batterai.
Setelah proyek NASA, Black & Decker mengaplikasikan prinsip kerja
peralatan tadi untuk membuat peralatan lain menjadi bertenaga batterai
yang dapat digunakan masyarakat sehari-hari.
3. Penemuan ketiga: Lapisan Khusus Pada Jalan.
Lapisan pada jalan raya ini memungkinkan gaya gesek yang lebih tinggi
terhadap ban untuk menekan jumlah kecelakaan akibat tergelincir. Nah
lapisan ini pada awalnya digunakan oleh NASA pada lapangan udara tempat
pesawat ulak alik mendarat.
Sekarang, banyak jalan-jalan tol diseluruh dunia menggunakannya untuk
menambah gaya gesek pada ban sehingga grip lebih kuat. Inti
permasalahannya adalah menjadikan pijakan tidak licin meski terdapat air
sekalipun pada permukaannya. Contoh, pada kolam renang modern juga
terdapat lapisan ini pada tepiannya.
4. Penemuan keempat: Detektor Asap Yang Dapat Disetel.
Dimana ada asap, pasti ada api. Para insinyur NASA tahu pakta simpel itu
ketika mereka mendesain Skylab pada tahun 1970an. Skylab adalah stasiun
luar angkasa pertama milik Amerika, dan para astronot harus tahu jika
api dan asap tidak boleh ada di dalam ruangan stasiun. Bekerja sama
dengan perusahaan Honeyball, NASA menemukan detektor asap pertama dengan
tingkat kesensitifitasan yang berbeda-beda untuk menekan kesalahan
bunyi alarm.
Untuk memasarkan pada konsumen, produk ini dinamakan ionization smoke
detector. Yang berarti alat ini menggunakan sebuah elemen radio aktif
bernama americium-241 untuk mendeteksi asap dan gas berbahaya. Ketika
partikel bersih(oksigen dan nitogen) bergerak melalui detektor,
americium-241 mengionisasi partikel tersebut, yang menghasilkan partikel
elektrik. Jika partikel asap memasuki detektor, asap akan mengganggu
interaksi detektir dan oksigen, dan kemudian memicu alarm untuk
berbunyi.
5. Penemuan kesembilan: Lensa Anti-Gores.
Jika kamu menjatuhkan kacamata ke lantai, lensanya kadang tidak akan
pecah. Itu karena pada tahun 1972, badan administrasi pangan memilih
pembuatan lensa dengan plastik dari pada dengan kaca. Plastik lebih
murah, lebih baik dalam menyerap radiasi sinar ultraviolet, lebih
ringan, dan tidak mudah pecah. Tetapi, plastik juga mempunyai kelemahan.
Plastik yang belum diberi lapisan sangat mudah tergores, dan goresan
tersebut dapat mengganggu penglihatan.
Karena partikel kotor juga ada di lingkungan luar angkasa, NASA
membutuhkan lapisan khusus untuk melindungi peralatannya, seperti visor
helm yang dipakai para astronot. Mangambil kesempatan, Foster-Grant
sebuah perusahaan manufaktur kacamata membeli hak cipta dari NASA untuk
teknologi ini. Lapisan khusus membuat lensa plastik sepuluh kali lebih
tahan terhadap goresan dari pada lensa yang tak diberi lapisan.
6. Penemuan keenam: Teknologi Sol Sepatu.
Saat ini sepatu athletik mengadopsi teknologi dari sepatu boot yang digunakan Neil Armstrong. Bagaimana bisa?
Seluruh pakaian luar angkasa didesain untuk misi Apollo termasuk desain
sepatunya. Sepatu yang dipakai para astronot menggunakan pegas kecil
yang ditanamkan dalam bagian bawah sepatu. Pegas ini membantu para
astronot untuk melangkah lebih nyaman di bulan. Berbagai perusahaan
sepatu athletik mengadopsi teknologi ini untuk membuat sepatu yang dapat
mengurangi dampak buruk pada kaki dan persendian di kaki.
Pada pertengahan 1980an, perusahaan sepatu KangaROOS USA mengaplikasikan
prinsip kerja teknologi ini dan material yang dipakai sepatu astronot
pada jajaran model sepati athletik baru yang diproduksi secara masal.
Dengan bantuan dari NASA, KangaROOS mematenkan teknologi busa Dynacoil
three-dimensional polyurethane yang mendistribusikan gaya pada kaki yang
timbul ketika berjalan atau berlari. Dengan mencampurkan serat kedalam
bahan busa, sepatu KangaROOS menyerap energi dari kaki yang menghantam
landasan/jalan, dan memantulkan kembali energi itu ke kaki.
Sekarang, perusahaan-perusahaan sepatu lain, AVIA, juga menggunakan teknologi sepatu astronot pada sepatu athletik.
7. Penemuan ketujuh: Thermometer Telinga.
Memeriksa suhu badan ketika sakit dapat menjadi sebuah pekerjaan yang
rumit. Thermometer standard(mercury) sangat sulit untuk dibaca, dan
jenis yang rektal sungguh tidak nyaman untuk digunakan. Pada tahun 1991,
thermometer inframerah yang ditempatkan pada telinga merubah segala
kesulitan tadi, menyederhanakan dan mempercepat proses pemeriksaan.
Diatek, yang mengembangkan jenis thermometer ini, melihat bahwa lamanya
waktu perawat dalam memeriksa suhu sangatlah perlu penanganan. Sekitar
satu milyar kali pengecekkan suhu yang terjadi di rumah sakit di Amerika
yiap tahunnya, perusahaan berpikir untuk menyelamatkan waktu yang
berharga dan terbuag dalam pengecekkan dengan menggunakan mercury.
Sebagai pengganti, Diatek mengambil keuntungan dari teknologi NASA
tentang kemajuan dalam bidang teknologi suhu bintang dengan teknologi
inframerah.
Bersama dengan laboratorium Jet Propulsion milik NASA, perusahaan Diatek
menemukan sensor inframerah yang layak untuk ditanamkan dalam
thermometer. Thermometer telinga dengan sensor infra merah mengambil
suhu pada telinga yang dikeluarkan oleh gendang telinga pada lubang
telinga. Karena gendang telinga berada pada bagian dalam tubuh, gendang
telinga bersuhu sama dengan suhu dalam tubuh alias lebih presisi dalam
hasil yang terdeteksi. Thermometer infra merah yang berada di rumah
sakit dapat mengukur suhu kurang dari 2 detik.